Karakter Masyarakat Indonesia Membangun

|| || , || Leave a comments
 
MIM
Masyarakat Indonesia Membangun

Mewujudkan karakter luhur bangsa sebagai bukti masyarakat Indonesia membangun. Itulah tema perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1432 H di Kampus Al-Zaytun. Hal mana membangun negara dan bangsa menjadi tugas dan tanggungjawab bersama masyarakat Indonesia, kapan pun dan dalam situasi apa pun.

 Syakh Al-Zaitun dan para tamu undangan
Perayaan tahun baru Hijriah 1 Muharam 1432 H

Tema ini pula menjadi benang merah dari semua tausiyah, pidato dan sambutan para pemimpin dan tokoh yang didaulat berbicara di hadapan lebih 20 ribu jamaah di Masjid Rahmatan Lil ‘Alamin, Kampus Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat. Sebagian jamaah itu datang dari berbagai penjuru tanah air, bahkan dari Singapura dan Malaysia, yang sengaja merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1432 H (7 Desember 2010 M) di kampus bersemangat pesantren dan bersistem modern itu.
Selain dihadiri civitas akademi Al-Zaytun, penduduk desa sekitar, wali santri dan para sahabat dari berbagai daerah, juga dihadiri beberapa pejabat dan tokoh masyarakat. Di antaranya, yang juga didaulat memberi sambutan, adalah mantan Menteri Penerangan H. Harmoko ; cendekiawan yang juga mantan Menteri Koperasi dan UKM pada Kabinet Reformasi Pembangunan Adi Sasono ; Ketua DPN Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKP-Indonesia) yang juga mantan Gubernur DKI, Letjen TNI (Purn) Dr. (HC) H. Sutiyoso, SH.
Juga Ketua I PHMJ Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Koinonia, Jakarta Henry M Hukom dan rombongan ; Mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologia HKBP Nommensen Pdt. Dr. SM. Siahaan ; Perwakilan Masyarakat Madura, H. Achmad Zaini, MA dan rombongan ; Perwakilan Masyarakat Aceh di Jakarta, Drs. HM. Asyik Ali ; Perwakilan Masyarakat Ekonomi Indonesia, Dr. Sutrisno Iwantono ; Perwakilan Masyarakat Pendidikan Indonesia dari Universitas Panca Sakti Tegal Drs. Nurcholis, M.Pd. Sedangkan dari jajaran Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, ada Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jabar Drs. H. Searoji, MM ; Kapolres Indramayu AKBP Rudi Setiawan, dan Bupati Indramayu yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu Drs. H Cecep Nana Suryana, M. Si.

 Nommensen Pdt. Dr. SM.
Mantan Rektor Sekolah Tinggi Teologia HKBP
Semua pembicara mengungkapkan kerinduan dan tekad bersama untuk membangun Indonesia. Dengan gaya, bahasa, pengungkapan dan penekanan beraneka, pada prinsipnya semua pembicara mengisyaratkan bahwasanya membangun negara dan bangsa menjadi tugas dan tanggungjawab bersama masyarakat Indoneia, kapan pun dan dalam situasi apa pun.
Mantan Menteri Penerangan H. Harmoko menekankan pentingnya pembangunan Ketahanan Nasional yang terdiri dari ketahanan ideologi, ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya, ketahanan pertahanan keamanan dan hukum. “Coba bayangin, bagaimana tidak rapuh ketahanan kita. Mau bicara Pancasila aja tabu, padahal Pancasila itu merupakan landasan ideal kita,” katanya. Menurut Harmoko, negara yang tidak punya landasan ideal itu merupakan negara yang ambruk.
Cendekiawan Adi Sasono, Sekjen pertama ICMI dan mantan Menteri Koperasi dan UKM, mengajak bangsa ini untuk membuktikan bahwa kita bukan negara pecundang. “Kita tidak akan biarkan negara kita jadi negara pecundang,” seru Adi Sasono. Syaratnya, menurut Adi Sasono, harus rukun, jangan suka bertengkar tentang perbedaan. “Perbedaan di antara kita, itu sunatullah, memang itu adanya, kita harus memberi penghormatan kepada yang berbeda, harus rukun. Jadikan Indonesia itu model bagi seluruh dunia. Bagaimana hidup berbangsa ditata secara terhormat dan bermartabat,” kata Adi Sasono.

 Adi Sasono

Sedangkan Letjen (Purn) Sutiyoso, mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjabat Ketua Umum DPN PKP-Indonesia mengatakan Indonesia inilah negeri yang paling unik. Tidak ada negara yang menyamai Indonesia. Negara yang indah, pulaunya 17 ribu lebih, dihuni oleh orang yang mempunyai adat istiadat, bahasa, kultur, dan agama yang berbeda. “Tapi kita adalah bangsa Indonesia, oleh sebab itulah dalam simbol negara burung Garuda yang gagah perkasa itu ditulis Bhinneka Tunggal Ika,” kata Sutiyoso.
Lalu, Sutiyoso mengungkapkan keprihatinannya, “Kita itu negara kaya raya dari sumber daya alam yang ada di bumi kita, baik di darat maupun di laut, tapi rakyatnya miskin.” Di mana letak salahnya, harus dicari. Menurutnya, ada sesuatu yang salah dalam diri kita dan itu harus dibetulkan. Sutiyoso, antara lain melihat masalah itu pada pemahaman kemajemukan. Menurut Sutiyoso, kita diciptakan beragam suku, etnis dan agama, tapi bisa jadi satu. “Oleh karena itu, jangan lagi mempersoalkan perbedaan. Kalau kita selalu membicarakan perbedaan itu, maka kita akan berkelahi dan mungkin terus seperti sekarang ini,” tegas Sutiyoso.

Sutiyoso

Sedangkan Wakil Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Dr. Sutrisno Iwantono yang didaulat mewakili masyarakat ekonomi Indonesia mengatakan kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi masih rendah, yakni sekitar 17 %. Padahal, menurutnya, pertanian merupakan sektor yang sangat penting kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional, penyerapan tenaga kerja, suplai bahan baku bagi industri, devisa dan lain-lain. Namun demikian, dia melihat pertanian masih punya banyak masalah, produktivitas masih bisa ditingkatkan, irigasi yang tidak ada perbaikan, teknologi yang juga seolah-olah sudah mulai jenuh, ditambah lagi dengan berbagai macam perangkat organisasi tani yang sering kali belum bisa melaksanakan fungsi dengan lebih baik.
Karena itu dia mengaku sangat menaruh harapan pada Al-Zaytun bahwa kampus ini nantinya bisa menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimulai dari pertanian. Dr. Sutrisno Iwantono mengatakan demikian karena mengaku kebetulan punya banyak teman dari ITB yang menjadi dosen di Universitas Al-Zaytun Indonesia. “Kalau tidak salah, doktornya mencapai 50 orang yang mengajar di Al-Zaytun,” ungkapnya.
Selanjutnya, H Ahmad Zaini MA, perwakilan masyarakat Madura, menyoroti pemimpin atau pengambil kebijakan, masih banyak yang berorientasi sektoral untuk kepentingan sesaat. Karena itu, menurutnya, para pemimpin umat dituntut untuk meneguhkan komitmen yang tulus untuk membangun bangsa Indonesia tanpa ada tendensi ego sektoral atau gerakan politik primordial yang menguntungkan komunitas tertentu.

H Ahmad Zaini MA
Perwakilan masyarakat Madura
H Ahmad Zaini MA menegaskan, kita memaklumi Indonesia berpotensi sebagai bangsa yang besar, realisasinya tergantung seberapa jauh kita mampu bersatu. “Harus ada pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan rakyat. Begitu pula harus ada kelompok masyarakat dengan tanggung jawab sejarah untuk menentukan arah pembangunan Indonesia,” kata Ahmad Zaini. Dia memberi contoh konkrit, niat yang tulus harus juga menjadi pondasi pelestarian lingkungan hidup sehingga melahirkan sikap malu membuang sampah di badan sungai dan merasa berdosa jika tidak membangun areal resapan air di sekitar rumah masing-masing.
Kerinduan, semangat dan tekad masyarakat Indonesia membangun yang disuarakan para pembicara itu, oleh Syaykh al-Zaytun AS Panji Gumilang, selaku pembicara penutup, merumuskannya dalam sembilan poin tujuan merdeka. Kesembilan poin tujuan merdeka itu, menurut Syaykh, diamanatkan dalam pesan-pesan Proclamation of Independent dan Declaration of Independen of Indonesia. Syaykh mengatakan membangun adalah manifestasi dari pada cita-cita kemerdekaan Indonesia, merdeka adalah untuk membangun.
Yakni : (1) Membangun untuk bersatu; (2) Membangun untuk berdaulat; (3) Membangun untuk adil dan makmur; (4) Membangun untuk memajukan kesejahteraan umum; (5) Membangun untuk mencerdaskan kehidupan bangsa; (6) Membangun untuk mewujudkan ketertiban dunia; (7) Membangun untuk perdamaian abadi; (8) Membangun untuk keadilan sosial; dan (9) Membangun untuk mempertahankan kedaulatan rakyat.
Kepemimpinan Nasional
Dalam rangka mewujudkan karakter luhur bangsa sebagai bukti masyarakat Indonesia membangun, yang disuarakan para pembicara tersebut, berkaitan dengan kepemimpinan nasional.
Adalah Henry M Hukom Ketua I PHMJ Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Koinonia, Jakarta, yang pertama mengungkapkan bahwa Syaykh Panji Gumilang lebih pantas jadi pimpinan Negara. Pernyataan ini sudah dikemukakan seorang calon pendeta ketika Syaykh berdialog dengan jemaat GPIB (2005). Kala itu Syaykh berpidato memaparkan visi toleransi dan perdamaian Al-Zaytun di depan altar Gereja GPIB Koinonia di depan jemaat.
“Saya setuju, kalau para pemimpin tidak bisa menyatukan bangsa ini karena perbedaan, jadi kalau perlu, Syaykh kita jadikan RI-1,” seru Bang Yos, panggilan akrab Sutiyoso. Dengan demikian, Sutiyoso menegaskan, nggak boleh lagi berkelahi, nggak boleh lagi merusak tempat-tempat ibadah.
Terkait dengan wacana calon presiden, sesuai dengan undang-undang, Harmoko mengatakan Presiden SBY hanya sampai tahun 2014. Siapa penggantinya, apakah Sutiyoso? Menurutnya, penting dibicarakan. Kalau tidak dikembangkan, berarti harus punya calon-calon lain yang diunggulkan.
Menurut Harmoko, presiden itu harus berani seperti Bang Yos. Lokasi WTS dijadikan Islamic Center, kemudian jalur hijau yang digunakan untuk kepentingan umum dikembalikan pada fungsinya.
Sementara Syaykh al-Zaytun, walaupun tidak secara gamblang mengatakan Sutiyoso jadi Presiden, karena jadi Calon Presiden saja belum, namun Syaykh menitip pesan, kalau Sutiyoso sudah jadi Presiden, agar hubungan diplomatik dengan Israel dibuka. Pernyataan ini berkaitan dengan pesan membangun untuk mewujudkan ketertiban dunia dan membangun untuk perdamaian abadi.
Sebab, menurut Syaykh, Indonesia sama sekali tidak akan mampu berdiplomasi di dunia yang hari ini gegeran kalau tidak masuk ke tataran saling menghormati. Kalau Palestina, menurut Syaykh, Sutiyoso tidak usah capek lagi karena sudah dibuka hubungan diplomatik. “Kalau bapak jadi presiden, mau masuk ke Israel nggak akan bisa, belum ada hubungan diplomatik,” kata Syaykh. “Bagaimana bisa menata perdamaian dunia kalau menghormati sebuah wujud negara saja tidak mau. Bahkan kemerdekaan dan hakikat negara ini mesti ada. Perbedaan agama, itu alasan kecil, alasan orang yang takut dengan semut,” lanjut Syaykh.
Sementara itu, Drs. Nurcholis, M.Pd dari Universitas Pancasakti Tegal, yang didaulat berbicara sebagai perwakilan masyarakat pendidikan Indonesia, menyatakan percaya bahwa Syaykh itu berjiwa nasionalis. Sebab, beliau sangat bersikukuh terhadap Undang-Undang Dasar ‘45. Dia mengaku banyak belajar bagaimana membangun karakter dari Syaykh al-Zaytun.
Selain itu, pembicaraan yang hangat secara informal dalam acara ramah tamah adalah adanya kecenderungan untuk mengajukan duet Syaykh Panji Gumilang - Sutiyoso atau sebaliknya Sutiyoso - Syaykh Panji Gumilang sebagai Calon Presiden dan Wakil Presiden. Pembicaraan ini tidak hanya di tataran undangan tetapi juga di tengah masyarakat setempat.
Perayaan yang Khidmat
Semarak dan khidmat perayaan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam setiap tahunnya selalu terjadi di Mahad Al-Zaytun, Indramayu. Demikian halnya pada perayaan 1 Muharram 1432 H yang bertepatan dengan 7 Desember 2010 M lalu. Kemeriahan pesta peringatan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah itu kembali terlihat di Pusat Pendidikan dan Pengembangan Toleransi dan Perdamaian itu. Kehadiran duapuluhan ribu ummat dari berbagai daerah di Nusantara dan dari berbagai lapisan masyarakat, membuat pesta ini demikian bermakna.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, perayaan Tahun Baru Hijriah di Al-Zaytun ini kerap dihadiri oleh pemeluk agama nonmuslim. Perayaan tahun ini juga diikuti oleh beberapa tokoh dari pemeluk agama Kristen, yakni mantan Rektor STT Nomensen yang juga mantan Sekjen HKBP, Pdt Dr. SM. Siahaan. Juga ada rombongan dari Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Koinonia Jakarta yang dipimpin Ketua I PHMJ, Henry M.Hk.

Sehari sebelum puncak perayaan, yakni 6 Desember 2010, perayaan dimeriahkan dengan pertunjukan seni Jaipong yang diselenggarakan di gedung al Akbar. Malamnya, diadakan temu ramah mesra dengan warga desa sekitar kampus sebagai sarana ucapan syukur dan doa bersama masyarakat yang diselenggarakan di Masjid Al-Hayat. Kemudian acara puncak pada esoknya yang diisi dengan penyampaian sambutan dari para undangan serta pesan-pesan mengawali tahun baru dari Syaykh Al-Zaytun. Kemudian acara makan bersama di Masyikhah (pusat kegiatan atau kediaman Syaykh), serta pameran kelompok pecinta tanaman hias, pertandingan olahraga, serta pagelaran seni oleh pelajar bersama seniman seniwati Indonesia.
Dalam acara temu ramah mesra dengan warga sekitar kampus yang dihadiri oleh ribuan warga serta beberapa tokoh, Syaykh Al-Zaytun memberikan pesan-pesan, khususnya mengenai pentingnya menjalin persatuan kepada warga. Mengakhiri acara temu ramah, seperti biasa dilakukan pembagian boboko kepada warga sebagai simbol berbagi berkat.

Pembagian Boboko kepada Warga sekitar

Besoknya, 1 Muharram 1432H (7 Desember 2010), acara puncak yang diselenggarakan di Masjid Rahmatan lil ‘Alamin, disambut dengan suara indah dan merdu paduan suara ratusan pelajar Al-Zaytun. Lantunan mazmur berbahasa Ibrani maupun Arab dan lagu-lagu nasional, kemudian diakhiri dengan Mars Al-Zaytun dan Mars Universitas Al-Zaytun Indonesia membuat perayaan begitu khidmat.
Mengawali acara puncak, seluruh hadirin menyanyikan lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Muhammad Toha, santri Kelas XII-IPA-B-01 asal Padang, Sumatera Barat, sambutan pembuka oleh Ketua Panitia Ustadz Nawawi dan pembacaan doa oleh cendekiawan muslim KH Makhtub Effendi. Semua rangkaian acara berintikan semangat mewujudkan karakter luhur bangsa sebagai bukti masyarakat Indonesia membangun.

Sumber  : Berita Indonesia