I'tibar Politik Propaganda Media :Ketokohan AS Panji Gumilang dan Kekuatann Civitas Al-Zaytun Indramayu. Oleh: Imam Prawoto MBA.

|| || , || Leave a comments

Alkisah, tersebutlah seorang manusia yang sedang berbuat dan 'berbicara' dengan sebuah karya besarnya.  Untuk masa depan anak bangsa di republik ini.

Sungguh taklah sulit untuk berjujur kata,  bahwa tokoh ini memiliki kecerdasan, talenta dan karakter pertahanan yang sangat kuat, penuh tanggung jawab, memiliki segudang gagasan, ide dan pandangan pandangan kebangsaan dan kenegaraan. Memiliki magnet-futurist thinking.

Sungguh sangat terang benderang pula , tokoh ini memiliki kekuatan nasionalisme tiada tara, memiliki kemampuan leadership yang mumpuni, bahkan konon memiliki kekuatan sihrun-mubinan yang mujarab. Ia juga memiliki kekuatan lobby lokal, nasional dan bahkan internasional yang piawai.

Tapi dunia pemberitaan  di ranah media republik ini agaknya memang sudah semacam  serba terbalik. Seorang berbicara apa, dan melakukan apa, tapi diberitakan melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Bahkan digembar-gemborkan  berbuat  tentang sesuatu yang justru merusak masa depan anak bangsa. Terus terang, ini membuat penulis gemes, gregetan bahkan geram. Mengapa hal ini sampai mereka lakukan?.

Apakah mungkin karena mereka merasa cemburu atau tersaingi oleh  peran dan kiprahnya, yang konsisten dan kaffah berkarya  memajukan anak bangsa di republik ini ? Kenapa mereka menjadikannya seperti musuh ? Entah kenapa, karya agungnya tak jarang dimaknai dengan sesuatu yang berkonotasi negatif, bahkan distempeli makar. Selalu diusahakan untuk dibedaki dengan aroma pembusuk.



Ketika media lokal dan nasional seperti dikomando melakukan serangan bombastis memfitnahnya, pengayom dan pengasuh anak bangsa itu beserta seluruh civitas akademika lembaga pendidikannya, sedang asyik-masyuk , bertungkus-lumus siang malam dengan se-abrek kegiatan rutin pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di dalam kampusnya.

Bahkan anak didiknya, pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga menengah tas-pun sedang melakukan persiapan demi persiapan menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN). Alhamdulillah, Puji Tuhan YME, ditengah badai fitnah yang sungguh biadab, semua kegiatan itu, dari awal hingga akhir, berjalan sukses, tertib, sesuai jadwal . Penuh khidmat dan damai.


                                                                                *   *   *



Berawal dari tayangan soal isu NII  di Metro TV. Kemudian secara berkelanjutan dan kelihatan sangat 'terarah', dengan besar besaran TV-One juga menayangkan dan memberitakan tentang 'orang hilang', kejadian teror dan bom - dan juga kisah 'pencucian otak', yang kemudian sumber dan pelakunya disinyalir adalah mereka yang bergerak dalam wadah organisasi  NII.

Pemberitaan demi pemberitaan kemudian merebak dan semakin gencar, bukan saja oleh media elektronik, tetapi juga dari kalangan pers cetak dan pers maya. Perburuan berita kepada tokoh yang kesehariannya tekun melakukan agricultural research ini, boleh dibilang menjadi sarapan pagi dan makan siang bahkan makan malamnya news hunters dari berbagai pers yang telah dibekali segudang motive dan kepentingan 'pesan' editor dan pemilik modal.

Lihatlah, sebuah  media elektronik  -  sebut saja milik “A”, menayangkan satu pemberitaan, lalu diikuti media lain milik  “B” dengan penayangan yang mirip mirip walau tak sama. Lalu pemberitaan itu - seiring berputarnya waktu, dibalik dan digiring kepada terbentuknya suatu koalisi conspirative  , dimana object yang diberitakan, sepengetahuan penulis, sama sekali tidak ada hubung - kait dengan apa yang dituduh-sangkakan dalam pemberitaan itu. Tapi memang koalisi conspirative - pada step ini, hanya menghendaki terbentuknya opini publik.

Mereka memang sedang berlomba untuk sampai pada sasaran bidik, selain guna mengejar target tayang untuk merantai pesan konspirativenya agar tak terputus.

Berbagai upaya, usaha dan cara mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mulai dengan berbagai alasan yang dilontarkan agar  bisa mewawancara target, dengan senyum merayu, pun juga ada yang dengan sopan santun dan penuh etika mewawancarai target dan sub-targetnya.

Ada pula yang dengan sedikit begging kalau liputan itu semata mata untuk tujuan pendidikan, mereka - finally , berhasil, walau at the end, nyatanya, hasil liputan itu tidak dipublish. Atau sekalipun dipublish, hanya berupa cuplikan- cuplikan untuk memenuhi sajian berita yang diyakini sebagai  based on the plotting scheme.

Insan pers dan atau wartawan, memang dapat dikatakan sebagai kekuatan keempat yang dapat menentukan ke arah mana publik harus memusatkan perhatiannya. Kemana publik harus digiring opininya. Termasuk juga saat mana wartawan berusaha menggiring opini  pemerintah -termasuk penyelenggara dan penegak hukumnya, untuk berfikir tentang adanya keterkaitan berbagai aksi kekerasan dan teror akhir akhir ini yang dilakukan gembong teroris yang tindak tanduknya jelas biadab dengan sebuah organisasi  yang sering dikemukakan dengan sebutan NII.

Maka ketika adanya upaya beberapa pihak yang mengait-ngaitkan kegiatan terorisme dan radikalisme, termasuk berbagai praktik – praktik tak terpuji seperti penipuan,  dengan institusi pendidikan Al-Zaytun dan tokoh sentralnya, Syaykh Panji Gumilang, ini jelas sebagai bentuk skema bersengaja, plotting scheme, untuk mendapatkan sosok kambing hitam.

Penulis mencatat ucapan seorang intelektual yang tak mau disebutkan namanya, yang  dalam sebuah kesempatan mengatakan : “ Syaykh, Anda ini tokoh nasional yang tidak saja milik Al- Zaytun, tapi fakta yang berbicara, Anda adalah milik bangsa,  asset bangsa. Kami butuh seorang seperti Anda. Kita sedang mengalami krisis tokoh. Syaykh....  kami akan selalu dibelakang dan bersama Anda, walau ada pihak-pihak yang ingin menjadikan anda sebagai ABB kedua”,tegasnya.


                                                                           *   *   *


Suatu hari, Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal  Partai Demokrat  melakukan silaturrahim politik dengan bersafari ke pesantren pesantren di Jawa Barat, termasuklah Pesantren Al-Zaytun di Indramayu. Kunjungan itu  mendapat warm welcome dari pimpinannya, Syaykh AS Panji Gumilang dan civitas akademiknya.


Maklum saja, karena keluarga besar institusi ini memang sudah biasa respect menghormati kepada siapapun tamu yang berkunjung. Suasana yang luar biasa hangat serta penuh kekeluargaan dan khidmat tercipta. Konon ketika itu, pemandangan yang biasanya nampak kekuning kuningan berubah total menjadi bak lautan biru. Aroma citra Al-Zaytun yang selama ini dianggap sebagai 'kuning', berubah 'biru'.

TV One mulailah memerankan fungsinya sebagai corong politik kepentingan.

Berawal dari tayangan pemberitaan orang hilang, kemudian hebohnya issu pencucian otak dilakukan oleh wanita bercadar, pembai’atan mahasiswa di Malang, serta kasus terorisme dan bom yang kemudian di kait- kaitkan kepada pesantren Al-Zaytun. Upaya konfirmasi tak pernah dilakukan. Apa ini bukan termasuk all about the project ? An Actual provocation  !
 
Yang tidak kalah pentingnya, ada beberapa pihak dan kalangan yang mungkin ladang usaha dan kepentingan pribadinya khawatir akan terusik, pemikirannyapun mulai dibalut bayangan fantasi delusive, seolah Panji Gumilang sebagai ancaman yang bakal menjadi petaka bagi masa depan, sehingga harus dihakimi sebelum terhakimi.    

Beberapa hari setelah kunjungan Anas -Ibas itu, pendopo dan gedung DPRD Indramayu mendadak berubah bak “pasar kaget”. Orang ramai berbincang perihal kunjungan mereka ke pesantren itu.

TV One, ternyata seperti tak “rela” rival partai politik ownernya melakukan kunjungan silaturrahim politik ke pesantren Al- Zaytun.

Suatu ketika,  beberapa tahun lalu, owner Metro TV Surya Paloh melakukan kunjungan ke Al-Zaytun. Paloh dan rombongannya diterima dengan baik dan meriah.  Kunjungan silaturahim, katanya. Sekembalinya dari lawatan itu, anehnya, tak jarang Metro TV justru menayangkan pemberitaan yang mengkait kaitkan isu NII dengan Al-Zaytun.

Lebih mengherankan lagi, tidak ada upaya melakukan konfirmasi kepada pihak pesantren.  Pertanyaan sederhananya, apakah karena Al-Zaytun dan community nya yang menurut SP merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki potensi besar di masa depan bangsa  akan menghambat karier gembong Nasdem itu ? Entahlah.

Kasus yang terjadi di negeri ini, yang paling menjadi hot news hingga sekarang sekalipun, memang adalah aksi terorisme. Ketika belum lama ini tidak kurang sebelas  orang dari kalangan akademisi jebolan salah satu institusi pendidikan negeri terpandang, bahkan tiga diantaranya pernah menempuh pendidikan ditingkat menengah pertama dan menengah atasnya di salah satu institusi pendidikan Islam modern kenamaan di Jawa Timur. Namun tak satupun dari mereka alumni Al-Zaytun.


                                                                 *  *   *



Hari terus berganti, masa menelan waktu. Santri Al- Zaytun tetap dengan berbagai kegiatan pendidikan dan  pembelajaran, baik yang bersifat in-curriculum atau extra kurikuler.




Sebagaimana lazimnya pelajar di tingkat menengah pada umumnya, pelajar di Al-Zaytun - sekolah yang menerapkan system boarding school, menjalankan kegiatan rutin pembelajaran dari pagi mulai jam 7.OO WIB hingga sore jam 15.OO WIB.

Dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran dan pendidikan di luar sekolah yang terpusat di asrama hingga jam 17.45 WIB, seperti shalat berjama’ah, kegiatan olah raga, menghafal mufradat/vocabularies(arabic & english), qira’ah al-qur’an ba’da shalat maghrib dilanjutkan dengan shalat Isya berjama’ah, dan berbagai kegiatan manfaat lainnya.




Bahkan pada hari Kamis malam dan Jum’at malam, pelajar tingkat menengah pertama hingga menengah atas melakukan kegiatan yang disebut dengan muhadlarah, latihan olah pikir dan olah lidah dengan berpidato menggunakan dua bahasa asing; Inggris, Arab dan bahasa nasional Indonesia.

Sesungguhnya ada hal khusus yang menarik yang dilakukan pelajar di Al-Zaytun,  antara lain adalah kelas belajar mengaji dan setoran hafalan Al-Qur’an bagi pelajar kelas tujuh, dari jam 7.00 WIB s.d jam 11.00 WIB dan dilanjutkan kembali dari mulai jam 14.00 WIB s.d 17.00 WIB, dipimpin dan disetorkan langsung kepada pimpinan Al-Zaytun Syaykh Panji Gumilang. Dilanjutkan pada malam harinya  yang dimulai ba'da shalat "Isya. Demikian cuplikan kecil kegiatan yang sudah menjadi rutinitas sehari hari civitas akademika Al-Zaytun dan Syaykh yang karismatik itu.



Last but not least, masihkah tersisa secercah asa, expectasi dan tekad bagi kita pendamba generasi bangsa  -  tua dan muda di republik ini untuk senantiasa berjiwa besar membangun bersama suatu format dan arah masa depan bangsa dan negara menjadi lebih bermartabat dan berkeadilan ? Merubah dan meluruskan cara pandang dan kesadaran masing -masing untuk mewujudkan persatuan dalam visi Indonesia Harus Kuat ? Kuat dalam pertalian, kokoh dalam penghayatan dan pengamalan nilai -nilai fundamental falsafah kebangsaan dan kenegaraannya, sehingga keadilan, kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan serta kehidupan yang rukun dapat benar benar terpenetrasi dalam lubuk sanubari bangsa ini ? Atau masih tega memfitnahnya?