Manusia Kera, dongeng dibuat ilmiah?
Ada Legenda yang poluler dalam masyarakat China, yakni satu sosok manusia kera yang bernama Sun Go Kong. Sedemikian populernya legenda tersebut, hingga dibuatkan berbagai buku, bahkan di era sekarang, telah ada film, yang bercerita tentang kehidupan manusia kera tersebut.
Kisah manusia kera, juga terdapat di dalam legenda tanah India. Kita mengenal nama Hanoman sebagai salah satu pahlawan dalam cerita Ramayana.
Yang mengherankan kita, diakhir abad ke-19, muncul sekolompok orang yang meng-klaim, Si Manusia Kera adalah nenek moyang umat manusia. Berbagai teori ilmiah diungkapkan, agar kita percaya, bahwa kita semua bermula dari sejenis kera yang hidup jutaan tahun yang silam.
Gerakan meng-ilmiahkan dongeng ini, berawal dari Darwin yang mengajukan penyataan bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama, melalui bukunya The Descent of Man, terbitan tahun 1871. Sejak saat itu hingga sekarang, para pengikut jalan Darwin telah mencoba mendukung pernyataannya. Tatapi meskipun berbagai penelitian telah dilakukan, pernyataan mengenai “evolusi manusia” tidak didukung oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya dalam hal fosil.
Kebanyakan masyarakat awam tidak menyadari kenyataan ini, dan berfikir bahwa pernyataan evolusi manusia didukung oleh banyak bukti yang kuat. Penyebab adanya opini yang keliru ini adalah bahwa permasalahan ini sering dibahas dalam media dan dihadirkan sebagai fakta yang terbukti. Tetapi yang benar-benar ahli dalam masalah ini menyadari bahwa tidak ada landasan ilmiah bagi pernyataan evolusi manusia.
Pernyataan evolusi ini, yang “miskin akan bukti“, memulai pohon kekerabatan manusia dengan satu kelompok kera yang telah dinyatakan membentuk satu genus tersendiri, Australopithecus. Menurut pernyataan ini, Australopithecus secara bertahap mulai berjalan tegak, otaknya membesar, dan ia melewati serangkaian tahapan hingga mencapai tahapan manusia sekarang (Homo sapiens). Tetapi rekaman fosil tidak mendukung skenario ini Telah banyak penemuan yang menunjukkan bahwa Homo Sapiens sebenarnya berasal lebih awal dari 800.000 tahun. Salah satunya adalah penemuan oleh Louis Lleakey pada awal tahun 1970-an di Olduvai Gorge. Di sini pada lapisan Bed II, Leakey menemukan bahwa spesies Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus telah hidup pada waktu yang sama. Yang lebih menarik adalah struktur yang ditemukan Leakey dalam lapisan yang sama (Bed II).
Di sini, ia menemukan sisa sebuah pondok batu. Hal yang tidak biasa dalam penemuan tersebut adalah bahwa konstruksi ini, yang masih dipakai di beberapa tempat di Afrika, hanya mungkin dibangun oleh Homo sapiens! Jadi, menurut penemuan Leakey, Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus dan manusia moderen pastilah telah hidup bersama sekitar 1,7 juta tahun yang lalu. Penemuan ini sudah tentu membantah teori evolusi yang menyatakan bahwa manusia moderen berevolusi dari spesies mirip-kera seperti Australopithecus.
Masalah Bipedal
Terlepas dari rekaman fosil yang ditemukan, adanya perbedaan anatomis yang tidak bisa dijembatani antara manusia dan kera, juga membantah cerita fiksi evolusi manusia. Salah satunya adalah berhubungan dengan cara berjalan.
Manusia berjalan tegak dengan dua kaki (Bipedal). Ini adalah cara berjalan yang sangat khas yang tidak terlihat pada spesies mamalia yang lain. Beberapa hewan lain juga memiliki kemampuan terbatas untuk berjalan sambil berdiri di atas dua kaki belakang mereka. Hewan seperti beruang dan kera bisa berjalan dengan cara ini hanya pada saat-saat tertentu, seperti ketika mereka mencoba meraih sumber makanan, dan ini pun hanya untuk waktu singkat. Secara normal, rangka mereka condong ke depan dan mereka berjalan dengan empat kaki (Quadrupedal).
Kerangka manusia dirancang berjalan tegak. Akan tetapi kerangka kera, dengan cara berdiri yang condong ke depan, kaki yang pendek, dan tangan yang panjang, cocok untuk berjalan dengan empat kaki. Tak mungkin ada “bentuk peralihan” di antara keduanya, sebab bentuk itu sama sekali tak bermanfaat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa evolusi bipedalisme tidak pernah terjadi, dan juga tidak mungkin terjadi. Pertama, bipedalisme bukanlah suatu keuntungan secara evolusi. Cara kera bergerak adalah jauh lebih mudah, cepat, dan lebih efisien daripada cara bipedal manusia. Manusia tidak bisa melompat dari pohon ke pohon tanpa jatuh ke tanah, seperti simpanse, tidak juga lari dengan kecepatan 125 km per jam, seperti cheetah.
Sebaliknya, karena manusia berjalan dengan dua kaki, ia bergerak lebih lambat di atas tanah. Untuk alasan ini, manusia adalah spesies yang paling tidak terlindungi di antara semua spesies di alam dalam hal pergerakan dan pertahanan. Menurut logika evolusi, kera seharusnya tidak berevolusi untuk memperoleh cara berjalan bipedal; sebaliknya, manusialah yang seharusnya berevolusi menjadi quadrupedal (berjalan di atas empat kaki).
Kita percaya bahwa nenek moyang manusia, secara logika pasti manusia juga. Kita meyakini Nabi Adam, sebagai manusia pertama merupakan sosok yang jenius dan berbudaya, dimana keberadaannya diperkirakan sebelum 200.000 tahun yang lalu Keberadaan Manusia Kera, berdasarkan penemuan-penemuan fosil memang merupakan fakta ilmiah. Akan tetapi, menghubungkan silsilah kekerabatan, antara kita dengan mereka adalah sebuah keganjilan, yang sulit untuk diterima, baik secara Spiritual maupun Ilmiah